Selasa, 14 Juni 2016

Keluargaku Bahagiaku

      Tidak terasa sudah hampir tiga tahun kita memadu kasih berdua. Lika liku kehidupan, pahit getir perasaan, dan naik turun suasana sudah kita rasakan berdua. Kottabarat menjadi saksi awal pertemuan kita pada awal bulan tahun 2013. Kottabarat menjadi lembaran sejarah benih-benih cinta mulai bersemi. Pertemuan yang tak terencana, pertemuan yang tak pernah dipikirkan sebelumnya bahkan dua atau tiga tahun sebelumnya. Ternyata, Allah SWT punya rencana lain. Kita dipertemukan di Kottabarat.
       
       Melihat sejarah riwayat hidup masing-masing terasa geli. Banyak persamaan di antara kita. Satu almamater universitas, satu fakultas, satu jurusan, dan satu kabupaten. Hanya, aku lulus kuliah tahun 2007, malah engkau masuk kuliah tahun itu juga. Gak ketemu. Ehm.... Namun, akhirnya bisa bertemu di Kottabarat tahun 2013. Rencana Allah SWT memang tidak bisa disangka-sangka.
        
           Waktu itu banyak kemudahan didapatkan. Menyatunya dua hati yang begitu cepat. Ditambah dorongan restu kedua orang tua. Membuatku berkata dalam hati, "Memang ini rencana perjodohan dari Allah SWT." Kita pun memantapkan melangsungkan akad nikah pada pertengahan tahun, yakni pada bulan kemerdekaan, 17 Agustus 2013. Disaksikan kedua orang tua dan ribuan orang, kita membuat janji suci sehidup semati.

         Setelah ikrar janji suci diabadikan dalam lembaran putih bersampul hijau, ada coretan tangan kita berdua yang disahkan oleh penghulu dan para saksi. Kemudian kita memantapkan berdiri di atas kapal yang sama untuk mengarungi samudra kehidupan. Banyak lontaran ucapan selamat disertai senyuman bahagia. Banyak tanda mata yang didapatkan. Hari itu sungguh hari kemenangan bagiku. Hari itu sungguh hari kemerdekaan sesungguhnya bagi diriku, walaupun memang secara defakto hari itu adalah hari ulang tahun kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia. Sukses dan tuntas sudah diri ini menjaga godaan gejolak remaja yang penuh nuansa. Alhamdulillah ... Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama’a bainakuma fi khoiri. Amin.
      
       Menapaki jalan yang belum berjejak membutuhkan keberanian untuk mencoba dan penyesuaian diri. Seperti mendaki gunung yang belum pernah dijamah, kita perlu berani melangkah tanpa sesat arah dengan coba dan terka. Awal berumah tangga denganmu, istriku, adalah waktu untuk itu, adaptasi dan melangkah. Dulu pergi ke mana-mana sendiri, sekarang sudah ada yang menemani. Dulu melakukan semua sendiri, sekarang sudah ada yang membantu. Dulu sibuk bekerja tanpa penantian, sekarang sudah ada yang menanti pulang kerja. Dari segi waktu, finansial, kegiatan, pengharapan bahkan keluarga menjadi satu dan sebisa mungkin disatukan dalam gerakan dayung yang sama menuju titik yang sama pula. 

    
Menjadi nahkoda dalam kapal sendiri dalam berlayar menjadi dambaan hati semua insan. Istriku, maafkan daku yang belum bisa mewujudkan itu langsung setelah menikah. Memang layaknya kapal langsung berlayar, namun apa daya jikalau layar belum bisa terkembang. Enam bulan menjadi saksi bagi kita untuk merenung dan berdoa supaya layar bisa terkembang. Namun, semasa waktu itu, kita efektifkan untuk menjalin konsolidasi di antara kita dan dua keluarga. Kita serahkan semua doa dan pengharapan kepada Sang Pengatur Jagad Raya, Allah SWT.

     
Tahun baru adalah tahun bergembira hati bagi semua insan. Dari penjuru dunia hingga penjuru desa. Termasuk kita berdua. Tahun 2014, entah berentah pada hari itu bak hujan turun pada cuaca yang cerah. Ada pencerahan tempat sandaran. Pundi-pundi doa yang terkabulkan. Kita berdua mendapat rezeki dari Allah SWT berupa bahtera kehidupan. Senang dan gembira hati tetapi tetap bersyukur karena itu semua dari Sang Pengatur Jagad Raya, Allah SWT. 

     Bahtera yang dinahkodai sendiri mulai berangkat untuk berlayar. Berselancar dalam bulan yang memancar di samudera yang luas. Ditandai upacara tasyakuran keluarga. Dimulai dari doa orang tua hingga semua sanak saudara. Ada yang melontarkan ucapan selamat, menghiaskan riang seyuman, bahkan menghadiahkan uborampe bala pecah seperangkat sembako. Puas hati melihat suasana waktu itu. Tak lupa selalu berikhtiar untuk berbakti kepada kedua orang tuaku, Bapak dan Mamak serta Mama. Terima kasih atas semua yang diberikan kepada kita berdua, semoga Allah SWT memberikan umur panjang, kesehatan, dan kemudahan rezeki sehingga bisa menimang buah dari cinta kita.

      Istriku adalah wanita nomor satu dalam bahteraku. Istriku adalah wanita nomor dua dalam keluarga besarku, setelah emakku. Wanita dalam bahasa Jawa memiliki kerata basa atau jarwa dhosok adalah wanita ing tata. Begitu pula istriku, setelah menjalin hati denganku, ia menjadi seseorang yang mau ditata, walaupun sebenarnya sudah temata. Tuntas dari kawah candradimuka dengan menyandang Sarjana Pendidikan, yang memang disiapkan untuk menjadi pengajar, tentunya sudah memang sudah temata dari segala aspek. Namun, tetap merujuk pada firman Allah SWT bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, saya berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik buat wanitaku. Seraya terus berdoa, “ Ya Allah jadikanlah istriku dan keturunanku menjadi penyejuk hatiku dan jadikanlah saya menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa.” Amin.
      Ungkapan-ungkapan cinta selalu menghiasi kehidupan untuk menjaga keutuhan hubungan. Dari panggilan sayang hingga berdua menyantap hidangan selalu terjaga. Mencontoh apa yang disampaikan W.S Rendra dengan puisinya Dik Narti yang fenonemal. Puisi itu sarat tema percintaan dimana menggambarkan ungkapan penyair terhadap kekasihnya. Perasaan yang muncul adalah gambaran perasaan cinta yang begitu bahagia. Dalam puisi itu, Rendra juga berpesan bahwa saling menghargai antara dua kekasih merupakan landasan lestarinya cinta. Cinta bukan nafsu melainkan panggilan Tuhan. Begitu luar biasa.
Surat Cinta

Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti
Aku cinta kepadamu
        ............

    
       Dapur rumah selalu kemebul menjadi tanda bahwa ada kehidupan di rumah. Hampir setiap pagi istriku selalu menyempatkan untuk berbelanja sayur di dekat rumah untuk dimasak. Sebagai suami, saya berusaha menyemangati dengan menemani berbelanja dan mencukupi kebutuhan dapur. Istriku cakap memasak. Dari masakan sederhana hingga kelas restoran berbintang-bintang. Ada capjay, nasi goreng, sambel goreng, balado telor, kangkung, orak arik, rica-rica ayam, hingga pare. Uniknya setiap selesai memasak pasti diupload ke media sosial. Dalam hatiku, “Kalau tetangga tahu masakan dan kepingin,terus gimana ya ....?” Itulah istriku. Tapi, aku bangga kepada istriku. Ia cakap 3 M, Masak, Macak, dan Manak.  
     
     Jarum jam terus berputar, waktu terus berjalan, dan hari terus berlari tak bisa ditarik kembali. Masa lalu selalu memunggungiku. Aku harus terus menatap ke depan, menjelajah, dan menapak lebih jauh dari biasanya. Aku ingin mengarungi kehidupan dengan beribadah, bekerja, dan berkelana. Aku ingin mengajak istriku untuk menyusuri setiap sudut di dunia ini. Menambah pengalaman. Menambah pengetahuan. Menambah kekawanan. Dan terus move on ke depan. Hari esok harus bisa lebih baik dari hari ini. Fastabiqul khairat.
                                                                                                                                  Aryanto, Juni 2016


Jumat, 10 Juni 2016

Cinta yang Tulus

 
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana 
   dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
                                                 
 Aku ingin mencintaimu dengan sederhana 
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
                                     
                                       Oleh Sapardi Djoko Damono


Seperti larik puisi di atas yang begitu menyentuh kalbu, 
aku mencintai istriku secara tulus dari hati yang terdalam dan apa adanya.

Perjalanan Menikmati Keindahan Pantai Nglambor, Gunung Kidul, Yogyakarta

Bahagia itu sederhana jika bisa menikmati keindahan dunia bersama orang yang tersayang. Allah SWT memang baik kepada kita. Sudah memberikan teman hidup dan menghamparkan keindahan alam. Hanya tinggal kita cari kesempatan untuk melakukannya. Let's go it!


Rasa riak air pantai yang membuat tulang menggigil serasa terobati ketika bisa menyelam di dalamnya. Dinggin .... segerr.... Woow!
 Wooow.... terumbu karang begitu luar biasa! Indah. Hanya satu kata terucap .... Subhanallah!
 Istriku tersayang juga menikmati suasana indah alam bawah laut Pantai Nglambor. Piiiisss!

Mari kita syukuri maha karya agung dari Allah SWT. Menjaga alam, menikmati alam, dan selalu bersyukur kepada Sang Pencipta, Allah SWT.